Arsipku

Selasa, 08 Februari 2011

DISFASIA Pada Anak Usia 4 tahun 10 Bulan

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah
Bahasa adalah bentuk aturan atau sistem lambang yang digunakan anak dalam berkomunikasi dan beradaptasi dengan lingkungannya yang dilakukan untuk bertukar gagasan, pikiran dan emosi. Bahasa bisa diekspresikan melalui bicara mengacu pada simbol verbal. Selain itu bahasa dapat juga diekspresikan melalui tulisan, tanda gestural dan musik. Bahasa juga dapat mencakup aspek komunikasi nonverbal seperti gestikulasi, gestural atau pantomim. Gestikulasi adalah ekspresi gerakan tangan dan lengan untuk menekankan makna wicara. Pantomim adalah sebuah cara komunikasi yang mengubah komunikasi verbal dengan aksi yang mencakup beberapa gestural (ekspresi gerakan yang menggunakan setiap bagian tubuh) dengan makna yang berbeda beda.
Gangguan bicara dan bahasa adalah salah satu penyebab gangguan perkembangan yang paling sering ditemukan pada anak. Keterlambatan bicara adalah keluhan utama yang sering dicemaskan dan dikeluhkan orang tua kepada dokter. Gangguan ini semakin hari tampak semakin meningkat pesat. Beberapa laporan menyebutkan angka kejadian gangguan bicara dan bahasa berkisar 5 - 10% pada anak sekolah.
Penyebab keterlambatan bicara sangat luas dan banyak, Gangguan tersebut ada yang ringan sampai yang berat, mulai dari yang bisa membaik hingga yang sulit untuk membaik. Keterlambatan bicara fungsional merupakan penyebab yang sering dialami oleh sebagian anak. Keterlambatan bicara golongan ini biasanya ringan dan hanya merupakan ketidakmatangan fungsi bicara pada anak. Pada usia tertentu terutama setelah usia 2 tahun akan membaik. Bila keterlambatan bicara tersebut bukan karena proses fungsional maka gangguan tersebut haruis lebih diwaspadai karena bukan sesuatu yang ringan.
Semakin dini mendeteksi keterlambatan bicara, maka semakin baik kemungkinan pemulihan gangguan tersebut. Bila keterlambatan bicara tersebut nonfungsional maka harus cepat dilakukan stimulasi dan intervensi dapat dilakukan pada anak tersebut. Deteksi dini keterlambatan bicara harus dilakukan oleh semua individu yang terlibat dalam penanganan anak ini. Kegiatan deteksi dini ini melibatkan orang tua, keluarga, dokter kandungan yang merawat sejak kehamilan dan dokter anak yang merawat anak tersebut. Sehingga dalam deteksi dini tersebut harus bisa mengenali apakah keterlambatan bicara anak kita merupakan sesuatu yang fungsional atau yang nonfungsional.
Di bidang psikiatri anak, angka kelainan jiwa pada anak diperkirakan mencapai 5-10% dari populasi anak. Kelaianan di bidang perkembangan anak dibagi dalam 2 kelompok besar yaitu kelinan spesifik serta kelainan yang menyeluruh/pervasiv. Sekalipun kelainan ini lebih kecil dibandingkan kelainan psikiatri lainnya, penderita memerlukan perhatian seumur hidupnya atau setidak-tidaknya sepanjang masa-masa perkembangan, sehingga baik kalangan medis maupun awam mengetahui perkembangan tehnolgi kesehatan yang berkaitan dengan hal tersebut. Masalah keterlambatan berbahasa pada anak khususnya penderita disfasia ini menjadi persoalan yang aktual dan menarik yang ingin diketahui oleh masyarakat baik dari kalangan akademisi maupun masyarakat umumnya.
Amatlah penting untuk mengetahui gejala dan tanda penyakit ini sejak dini karena penanganan yang lebih cepat akan memberikan hasil yang lebih baik. Beberapa pakar kesehatan pun meyakini bahwa merupakan hal yang utama bahwa semakin besar kemungkinan kemajuan dan perbaikan apabila kelainan pada anak ditemukan pada usia yang semakin muda.
1.2.   Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang disampaikan penulis, maka penulis dapat merumuskan permasalahan yang berkaitan dengan disfasia pada anak usia 5 tahun.
1.3.  Batasan Masalah
Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa kami membatasi makalah ini hanya pada pengerian disfasia dan bagaimana ciri-ciri serta cara penanganan disfasia terhadap anak usia 4 tahun 10 bulan.
1.4.  Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang akan dibahas penulis, maka tujuan penulisan makalah ini adalah  untuk mengetahui disfasia terhadap anak usia 4 tahun 10 bulan.





BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Disfasia
Disfasia adalah gangguan perkembangan bahasa yang tidak sesuai dengan perkembangan kemampuan anak seharusnya yang merupakan gejala awal dari gangguan lain (Uttiek, Tabloit Nakita). Penyebab Disfasia adalah adanya gangguan di pusat bicara yang ada di otak.
2.2. Ciri-ciri Disfasia
Pada usia 1 tahun belum bisa mengucapkan kata spontan yang bermakna, seperti mama dan papa. Kemampuan bicara reseptif (menangkap pembicaraan orang lain) sudah baik tapi kemampuan biacara ekspresif (menyampaikan suatu maksud) mengalami keterlambatan (Uttiek, Tabloit Nakita).
Ada juga tampilan klinis keterlambatan bicara menurut Widodo Judarwanto yang sering dikaitkan dengan keterlambatan bicara nonfungsional, yaitu:
Usia
Gejala
4 - 6 BULAN
* Tidak menirukan suara yang dikeluarkan orang tuanya.
* Pada usia 6 bulan belum tertawa atau berceloteh.
8 - 10 BULAN
* Usia 8 bulan tidak mengeluarkan suara yang menarik. perhatian.
* Usia 10 bulan, belum bereaksi ketika dipanggil namanya.
* 9-10 bln, tidak memperlihatkan emosi seperti tertawa atau menangis.
12 - 15 BULAN
* 12 bulan, belum mampu mengeluarkan suara.
* 12 bulan, tidak menunjukkan usaha berkomunikasi bila membutuhkan sesuatu.
* 15 bulan, belum mampu memahami arti "tidak boleh" atau "daag".
* 15 bulan, belum dapat mengucapkan 1-3 kata.
18 - 24 BULAN
* 18 bulan, belum dapat menucapkan 6-10 kata; tidak menunjukkan ke sesuatu yang menarik perhatian.
* 18-20 bulan, tidak dapat menatap mata orang lain dengan baik.
* 21 bulan, belum dapat mengikuti perintah sederhana.
* 24 bulan, belum mampu merangkai 2 kata menjadi kalimat.
* 24 bulan, belum dapat meniru tingkah laku atau kata-kata orang lain.
* 24 bulan, tidak mampu meunjukkan anggota tubuhnya bila ditanya.
30 - 36 BULAN
* 30 bulan, tidak dapat dipahami oleh anggota keluarga.
* 36 bulan, tidak menggunakan kalimat sederhana, pertanyaan dan tidak dapat dipahami oleh orang lain selain anggota keluarga.
3 - 4 TAHUN
* 3 tahun, tidak bisa mengucapkan kalimat.
* 3,5 tahun, tidak dapat menyelesaikan kata seperti "ayah" diucapkan "aya".
* 4 tahun, masih gagap dan tidak dapat dimengerti secara lengkap.

2.3. Faktor Penyebab Gangguan Disfasia
Keterlambatan berbicara tidak hanya mempengaruhi penyesuaian akademis dan pribadi anak saja tetapi pengaruh yang paling serius adalah terhadap kemampuan membaca pada awal anak masuk sekolah. Ada beberapa penyebab keterlambatan bicara pada anak umumnya, yaitu:
1. Hambatan pendengaran
Pada beberapa kasus, hambatan pada pendengaran berkaitan dengan keterlambatan bicara. Jika si anak mengalami kesulitan pendengaran, maka dia akan mengalami hambatan pula dalam memahami, meniru dan menggunakan bahasa. Salah satu penyebab gangguan pendengaran anak adalah karena adanya infeksi telinga.
2.   Hambatan perkembangan pada otak yang menguasai kemampuan oral-motor
Ada kasus keterlambatan bicara yang disebabkan adanya masalah pada area oral-motor di otak sehingga kondisi ini menyebabkan terjadinya ketidakefisienan hubungan di daerah otak yang bertanggung jawab menghasilkan bicara. Akibatnya, si anak mengalami kesulitan menggunakan bibir, lidah bahkan rahangnya untuk menghasilkan bunyi kata tertentu.
3.   Masalah keturunan
Masalah keturunan sejauh ini belum banyak diteliti korelasinya dengan etiologi dari hambatan pendengaran. Namun, sejumlah fakta menunjukkan pula bahwa pada beberapa kasus di mana seorang anak mengalami keterlambatan bicara, ditemukan adanya kasus serupa pada generasi sebelumnya atau pada keluarganya. Dengan demikian kesimpulan sementara hanya menunjukkan adanya kemungkinan masalah keturunan sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi.
4.   Masalah pembelajaran dan komunikasi dengan orang tua
Masalah komunikasi dan interaksi dengan orang tua tanpa disadari memiliki peran yang penting dalam membuat anak mempunyai kemampuan berbicara dan berbahasa yang tinggi. Banyak orang tua yang tidak menyadari bahwa cara mereka berkomunikasi dengan si anaklah yang juga membuat anak tidak punya banyak perbendaharaan kata-kata, kurang dipacu untuk berpikir logis, analisa atau membuat kesimpulan dari kalimat-kalimat yang sangat sederhana sekali pun. Sering orang tua malas mengajak anaknya bicara panjang lebar dan hanya bicara satu dua patah kata saja yang isinya instruksi atau jawaban sangat singkat. Selain itu, anak yang tidak pernah diberi kesempatan untuk mengekspresikan diri sejak dini (lebih banyak menjadi pendengar pasif) karena orang tua terlalu memaksakan dan “memasukkan” segala instruksi, pandangan mereka sendiri atau keinginan mereka sendiri tanpa memberi kesempatan pada anaknya untuk memberi umpan balik, juga menjadi faktor yang mempengaruhi kemampuan bicara, menggunakan kalimat dan berbahasanya.
5. Adanya keterbatasan fisik seperti pendengaran terganggu, otot bicara kurang sempurna, bibir sumbing, dan sebagainya.
2.4. Cara Mengatasi Gangguan Disfasia
Cara mengatasi gangguan perkembangan bahasa, salah satunya adalah gangguan utamanya dulu yang diselesaikan, baru kemudian dilakukan terapi pada anak disfasia, misalnya:
·         Dokter anak akan memberikan obat untuk membantu memperbaiki sel-sel yang rusak di pusat bicara.
·         Bersamaan dengan itu akan dilihat fungsi organ bicaranya, apakah juga ada gangguan atau tidak.
·         Terapi wicara akan dilakukan dengan cara latihan otot bicara, seperti latihan meniup, menyedot, menggerakkan lidah ke kiri dan ke kanan, dan sebagainya. Kemudian anak diminta untuk menirukan bunyi, kata, baru kemudian kalimat.
Selain berobat ke dokter, ada juga cara praktis meng"set up" situasi untuk menciptakan "functional comunication" adalah sebagai berikut:
1. Cari tahu hal yang paling menyenangkan buat anak, misalkan anak suka nonton film teletubis. Hal tersebut bisa digunakan untuk dijadikan situmulus untuk mengajari anak "functional comunication".
2. Mengetahui kemampuan anak untuk berkomunikasi sampai sejauh mana, dan kemudian ditetapkan "target" respon yang diharapkan. Misalkan, kalau anak belum sama sekali berkomunikasi..maka target perilaku komunikasi yang diharapkan adalah "menunjuk/komunikasi bahasa tubuh" dulu. Bila anak sudah bisa berbicara maka targetnya adalah mengucapkan satu kata, dua kata, dan sebagainya.
3. "Set up" situation dimana anak harus mengkomunikasikan apa yang dinginkan kepada orang lain. Misalkan, saat dia ingin menonton "teletubies", kita letakan kaset telutubies favoritenya di tempat yang anak tidak bisa menjangkaunya, kemudian minta dia untuk menunjuk ketempat kaset diletakan, atau bilang"minta" kepada kita bila dia ingin kaset tersebut, dan sebagainya, sesuai dengan target perilaku komunikasi yang sudah ditetapkan pada point 2. Pada awalnya, kita bantu dengan prompt verbal atau prompt model sehingga anak menerima pembelajaran "functional komunikasi" ini dengan bersih. Anak menerima pesan, bila dia ingin sesuatu dia harus mengatakan keinginannya pada orang lain dalam bentuk bahasa tubuh atau verbal, dan kedua menghindari anak "tantrum" karena memang belum mengerti apa yang kita inginkan darinya. Bila anak bisa, berikan dia reward, seperti sorakan dan sebagainya. Bila anak tidak bisa cukup bilang "coba lagi ya?!", setelah itu bantu anak sekali lagi dan langsung lepaskan anak dari trial tersebut, agar anak tidak "frustrasi". Trial tersebut bisa dicoba pada kesempatan yang berbeda. Sebisa mungkin buat situasi menyenangkan bagi anak..mengingat komunikasi adalah masalah yang sulit buat anak penyandang disfasia.
4. Pastikan dalam setiap trial atau set up situation yang diciptakan, anak bekerja dengan bersih, including eye contact bahasa tubuh yang dimaksud, artikulasi kata, dan sebagainya.
5. Evaluasi kemampuan anak, kemudian kembangkan "functional comunication" ini seterusnya. Misalkan, yang tadi hanya menunjuk, selanjutnya harus mengatakan benda yang dimaksud atau yang tadinya satu kata, harus bisa dua kata "minta kaset"..dan sebagainya. Dengan begitu anak akan tertantang terus untuk berkomunikasi.
6. Terpenting adalah konsisten dalam menjalankan. Dalam arti semua orang dalam keluarga harus memperlakukan hal yang sama untuk anak, jadi anak mengerti itu adalah aturan main yang harus dia lakukan bila menginginkan sesuatu.







BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Perkembangan bicara anak tergantung pada tumbuh kembang ucapan (pelafasan) bicara anak tersebut. Didalam pembelajaran bicara pada anak usia dini orang tua sangat berperan penting, karena tanpa bantuan dari orang tua/dewasa anak tidak akan bisa berbicara/celoteh (ocehan).
Adapun maksud dari tujuan perkembangan bicara anak untuk melatih/mengucapkan kata-kata/kosa kata, contohnya “mam” maksud disini anak tersebut bilang “makan”. Karena adanya dampak keterlambatan bicara/gangguan bicara anak terpengaruh dari lingkungan tempat tinggal anak tersebut dan kurangnya pola asuh dari orang tua untuk mempelajari/mengajari anak untuk berbicara, jadinya anak lamban untuk berbicara (ngeloceh/celoteh) dan terpengaruh dari sosial yang anak tidak sukai oleh anak.
3.2.Saran
Bagi seorang guru/orang tua sebaiknya lebih memperhatikan anak-anak usia dini didalam berbicara dengan baik, karena berbicara yang baik untuk diajari kepada anak sangatlah susah didalam menyebutkan kosa kata/pengucapan dengan sempurna kepada anak didalam perkembangan bicara.

DAFTAR PUSTAKA










Lampiran I
Biodata objek
Nama
:
Aisyah Rizky Aprilia
Tempat tanggal lahir
:
Jombang, 5 Desember 2006
Umur
:
4 tahun 10 bulan
Hobi
:
Menari
Nama Ayah
:
Slamet Harianto (40 tahun)
Pekerjaan
:
Pedagang kain keliling
Nama Ibu
:
Samiatin (35 tahun
Pekerjaan
:
Ibu Rumah tangga
Alamat: Dusun Jajar, Desa Kepuh Kembeng, Peterongan, Jombang









Lampiran II
·         Hasil wawancara dengan orang tua
Usia
Gejala
1-2 tahun
Ia hanya diam, tidak bisa berbicara
2-3 tahun
Bisa berbicara, tetapi tidak jelas artikulasinya
Contoh: au-au
3-4 tahun
Hanya bisa berbicara beberapa kata, dan itu hanya mengucapkan kata yang belakangnya saja, itupun pengucapannya sedikit susah.
Seperti: yah, mak
4-5 tahun
Hanya bisa mengucapkan 3-4 kata, misalnya: teh, pin
Dari keterangan orang tua objek, dapat disimpulkan bahwa pada usia 1-2 tahun Aisyah tidak bisa berbicara tetapi mengerti jika disuruh oleh orangtuanya. Pada usia 2-3 tahun Ais bisa berbicara tetapi tidak jelas artikulasinya. Ais hanya bisa mengucapkan “au-au” saja, ia mengerti jika disuruh ibunya atau mengerti tentang omongan yang dilontarkan oleh orang tuanya. Ia tidak mengalami masalah pada alat bicaranya. Alat bicaranya normal ia hanya saja mengalami keterlambatan dalam berbicara.
Tetapi pada usia 3-4 tahun Ais hanya bisa mengucapkan 1-3 kata saja, ia tidak bisa merangkai kata-kata itu dalam satu kalimat. Sampai pada usia 4-5 tahun ia tetap belum bisa merangkai kalimat.
Lampiran III
Bukti Tulisan Si Objek

1 komentar:

  1. yang dialami ais hampir sama dengan anak saya!! yang ingin saya tanyakan apakah disfasia bisa disembuhkan dengan hipnoterapi???dan berapa kali terapi untuk bisa lancar berbicara untuk anak saya yang usianya 3 tahun 4 bulan???

    BalasHapus